Ketika Rasulullah bicara tentang warisan para Nabi, Rasulullah tidak membahas tentang harta. Rasulullah bersabda:
إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، إِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَاراً وَلاَ دِرْهَماً إِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ فَمَنَ أَخَذَهُ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ
“Sesungguhnya ulama adalah pewaris para nabi. Sungguh para nabi tidak mewariskan dinar dan dirham. Sungguh mereka hanya mewariskan ilmu. Barang siapa mengambil warisan tersebut ia telah mengambil bagian yang banyak” (HR Tirmidzi)
Oleh karena itu, siapa saja yang ingin menjadi bagian pewaris para Nabi, sepatutnya untuk bersemangat dalam menuntut ilmu. Terlebih lagi, Rasulullah ﷺ mengatakan bahwa ilmu adalah tanda kebaikan bagi seseorang. Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِيْ الدِّيْنِ
Barangsiapa yang Allah kehendaki baginya kebaikan maka Dia akan memahamkan baginya agama (Islam) (HR Bukhari & Muslim)
Ilmu adalah anugerah dari Allah ﷻ yang Ia berikan kepada saja yang ia kehendaki. Allah berfirman:
وَٱللَّهُ فَضَّلَ بَعۡضَكُمۡ عَلَىٰ بَعۡضٖ فِي ٱلرِّزۡقِ
Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rezeki (An Nahl: 71)
Dalam ayat ini, Allah menyebutkan bahwa Allah mengutamakan sebagian manusia dari sebagian yang lain dalam hal rejeki dan rejeki yang paling agung bagi seseorang adalah ilmu. Oleh karena itu, siapa saja yang ingin memperoleh rejeki yang luar biasa ini wajib berusaha untuk mendapatkannya. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا الْعِلْمُ بِالتَّعَلُّمِ وَإِنَّمَا الْحُلُمَ بِالتَّحَلُّمِ
Sesungguhnya ilmu didapatkan dengan belajar dan sesungguhnya kesabaran dan kelembutan didapat dengan melatihnya (HR Thabrani)
Seorang penuntut ilmu juga harus menghindar dari hal-hal yang menjauhkan ilmu dari dirinya. Berikut adalah beberapa hal yang bisa mencegah seseorang dari mendapatkan ilmu yang kami rangkum dari kitab Mu’awwiqat Thalab Al ‘Ilmi yang merupakan transkrip ceramah Syaikh DR Abdussalam Asy Syuwa’ir hafidzhahullah:
1. Kesombongan
Sifat sombong adalah diantara sifat yang dapat menjauh ilmu dari seseorang. Sebaliknya, sifat rendah diri (tawadhu) merupakan sifat yang akan memudahkan seseorang dalam mendapatkan ilmu. Rasulullah bersabda:
وَمَا تَوَاضَعَ أحَدٌ للهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ
tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia akan meninggikan (derajat)nya (HR Muslim)
2. Tergesa-gesa dalam mendapatkan dan menyampaikan ilmu
Diantara sifat yang tercela bagi penuntut ilmu adalah tidak mampu menahan diri untuk tidak tampil sebelum waktunya. Betapa banyak orang yang sudah tampil di muka umum sebelum menapaki jalan ilmu dengan runut sehingga akhirnya ia disibukkan dengan berbicara di depan orang dengan bekal ilmu yang seadanya. Ia juga tidak sabar dalam menuntut ilmu sehingga ingin menguasai ilmu yang banyak dalam waktu cepat. Imam Muhammad bin Syihab Az Zuhri berkata:
ًهذَا العِلْمُ إِنْ أَخَذَتْهُ جُمْلَةً ذَهَبَ مِنْكَ جُمْلَة
Ilmu ini bila engkau ambil banyak sekaligus, akan hilang banyak sekaligus
3. Mengharapkan kesenangan dunia dari ilmu yang dimiliki
Tidak sedikit kita dapati orang-orang yang menuntut ilmu bukan untuk mencari keridhaan Allah melainkan untuk kesenangan dunia. Padahal, syarat diterimanya ibadah adalah mengikhlaskannya hanya untuk Allah. Bila ia meniatkan dunia dalam menuntut ilmu, maka dia hanya akan mendapatkan dunia dan tidak akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat. Rasulullah bersabda:
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى . فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ فَهِجْرَتُهُ إِلَى اللهِ وَرَسُوْلِهِ، وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيْبُهَا أَوْ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Sesungguhnya setiap perbuatan tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan. Siapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang dia niatkan (HR Bukhari & Muslim)
4. Menganggap Ilmu yang dimiliki hasil usahanya sendiri, bukan pertolongan dari Allah
Seorang muslim terlebih penuntut ilmu harus memahami bahwa apapun yang kita dapatkan di dunia ini, semuanya dari Allah ﷻ . Tidak ada yang bisa kita sombongkan dan banggakan. Itulah mengapa, 17 kali dalam sehari, kita senantiasa memohon hidayah dan pertolongan dari Allah yang kita baca dalam setiap raka’at shalat kita.
5. Tidak mengamalkan ilmu yang dimiliki
Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang diamalkan. Seseorang yang memiliki ilmu tetapi tidak diamalkan, bagaikan pohon yang tidak berbuah. Dalam pepatah arab dikatakan:
العِلْمُ بَلَا عَمَلٍ كَالشَّجَرِ بِلَا ثَمَرٍ
Ilmu yang tidak diamalkan bagaikan pohon tanpa buah
Terlebih apabila seseorang mengajak kepada sesuatu lalu ia tidak mengerjakannya atau ia melarang dari sesuatu namun malah melakukannya. Allah ﷻ berfirman:
كَبُرَ مَقۡتًا عِندَ ٱللَّهِ أَن تَقُولُواْ مَا لَا تَفۡعَلُونَ
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan.(As Shaf: 3)
6. Tidak menyibukkan diri dengan ilmu
Seorang penuntut ilmu harus fokus dan menyibukkan dirinya dalam menuntut ilmu. Ia tidak boleh disibukkan dengan berbagai urusan dunia yang remeh. Terlebih di akhir zaman ini, banyak sekali hal-hal yang bisa memalingkan seseorang dari menuntut ilmu seperti main game, bermedia sosial, dan travelling tanpa makna. Hal-hal semacam ini bisa membuat ia lalai dari mengulan-ulang ilmunya. Sementara, ilmu yang tidak dipelajari ulang akan mudah lepas dalam ingatan.
7. Tidak runut dan bertahap dalam belajar
Diantara kesalahan besar dalam menuntut ilmu adalah tidak runut dan bertahap dalam belajar. Belum selesai mempelajari satu bab, sudah berpindah ke bab yang lain. Belum menapaki Langkah pertama, sudah ingin lompat ke Langkah kedua, ketiga, dan seterusnya. Orang yang cara belajarnya seperti ini, akna luput darinya ilmu yang banyak.
8. Tidak mengambil ilmu dari ahlinya
Ada pepatah yang mengatakan ”buah jatuh tidak jauh dari pohonnya”. Murid seorang ulama adalah ulama. Murid seorang ustadz adalah ustadz. Guru yang bodoh pun hanya akan menghasilkan orang-orang yang bodoh. Bila kita mau sukses dalam mempelajari suatu bidang ilmu, maka belajarlah kepada guru yang benar-benar menguasai bidangnya.
9. Tidak memulai dari yang ushul (pokok)
Seyogyanya bagi penuntut ilmu untuk mempelajari yang pokok dari setiap cabang ilmu yang ada. Karena setiap bidang ilmu itu ada ushul (pokok) dan furu (cabangnya). Maka wajib bagi setiap penuntut ilmu untuk melakukan perjalanan ilmiahnya dengan mempelajari setiap yang pokok dari setiap bidang yang ada. Setelah itu, baru ia memfokuskan dirinya di bidang yang ingin dikuasainya. Misalnya mempelajari Matn Al Ajurrumiyyah untuk ilmu nahwu, Matn Tuhfatul Athfal dan Al Muqaddimah Al Jazariyyah untuk ilmu tajwid, Matn Al Waraqat untuk ushul fiqih, Al Arbain An Nawawiyyah dan Al Manzhumah Al Baiquniyyah untuk ilmu hadits, kemudian kitab-kitab ringkas dalam mazhab fiqih seperti Matn Safinah An Najat atau Matn Abi Syuja’ untuk ilmu fiqih mazhab syaf’ii.
10. Tidak memahami Bahasa Arab
Memahami Bahasa Arab adalah kunci utama yang bisa membuka Gudang ilmu Islam. Bagaimana tidak!? Al Qur’an diturunkan dalam Bahasa Arab, Rasulullah bersabda dengan Bahasa Arab, dan kitab-kitab para ulama ditulis dengan Bahasa Arab. Maka siapa saja yang ingin menguasai ilmu agama, wajib baginya menguasai Bahasa Arab. Al ‘Imrifthi dalam Ad Durrah Al Bahiyyah mengatakan:
النَّحْوُ أَوْلَى أَوَّلاً أَنْ يُعْلَمَ ٭ إِذِ الكَلاَمُ دُوْنَةُ لَنْ يُفْهَمَ
“Ilmu Nahwu (bahasa Arab) adalah ilmu pertama yang paling utama untuk dipelajari.. Karena perkataan (Baik perkataan Allah maupun Rasulullah) tanpanya tak akan bisa dipahami”
Demikianlah 10 hal yang bisa mencegah seseorang dari mendapatkan ilmu. Kita memohon kepada Allah ﷻ agar senantiasa memberikan kepada kita kemudahan dalam menuntut ilmu dan mengamalkannya.